Limbah Kopi Produktif: Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi untuk Mulsa Organik dan Pestisida Nabati

Kwadungan Gunung, Selasa 23 Juli 2025 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 331 Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali menyelenggarakan kegiatan edukatif bertajuk “Limbah Kopi Produktif: Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi untuk Mulsa Organik dan Pestisida Nabati”dalam upaya mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa (23/7) di GOR Sena Kwadungan Gunung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.

 

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong pemanfaatan potensi lokal, khususnya limbah kulit kopi yang selama ini belum dimaksimalkan, agar diolah menjadi produk pertanian bernilai guna tinggi. Melalui sosialisasi dan demonstrasi ini, mahasiswa ingin mengedukasi masyarakat mengenai praktik pertanian yang efisien, murah, dan ramah lingkungan. Selain sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, kegiatan ini juga mendukung pencapaian beberapa poin dalam “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)”  terutama poin 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), poin 13 (aksi terhadap perubahan iklim), dan poin 15 (melindungi, memulihkan, dan mendukung ekosistem darat).

 

Acara ini dihadiri oleh perwakilan seluruh kelompok tani dari Desa Kwadungan Gunung yang sangat antusias mengikuti jalannya kegiatan. Mahasiswa KKN mengajak masyarakat untuk melihat limbah kulit kopi bukan sebagai sampah, tetapi sebagai sumber daya alternatif untuk menciptakan mulsa organik dan pestisida nabati yang bermanfaat bagi pertanian.

 

Pada sesi pertama, mahasiswa memaparkan manfaat mulsa organik dari kulit kopi sebagai pelindung permukaan tanah. Penggunaan mulsa kulit kopi terbukti mampu, menghambat pertumbuhan gulma, mempertahankan kelembapan tanah, serta meningkatkan kesuburan melalui dekomposisi bahan organik yang menghasilkan unsur hara penting. Disampaikan pula bahwa kulit kopi mengandung unsur nitrogen (2,98%), kalium (2,26%), dan fosfor (0,18%) yang mendukung pertumbuhan tanaman. Proses pembuatannya pun tergolong sederhana dan dapat dilakukan dengan peralatan rumah tangga.

 

Demonstrasi pembuatan mulsa dilakukan secara langsung, mulai dari pencacahan kulit kopi kering hingga penyebaran pada permukaan tanah dengan ketebalan 2–5 cm. Para peserta tampak antusias dan menyatakan minatnya untuk segera mencoba di lahan masing-masing.

 

Sesi kedua berfokus pada pembuatan pestisida nabati dari kulit kopi yang dipadukan dengan bawang putih dan daun tembakau. Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari bahan alami tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif dan berfungsi mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara biologis dan ramah lingkungan. Kulit kopi adalah limbah organik yang dihasilkan dari proses pengolahan buah kopi, baik jenis kulit basah (pulp) maupun kulit kering (husk). Kulit kopi mengandung senyawa alkaloid dan saponin yang bersifat toksik terhadap serangga, serta polifenol dan tanin sebagai antioksidan dan antifungi.

 

Proses pembuatannya dimulai dengan menghaluskan 100 gram bawang putih dan mencacah 200 gram daun tembakau. Kedua bahan tersebut kemudian dicampurkan bersama 2 kg kulit kopi yang telah disiapkan dalam ember tertutup. Setelah itu, ditambahkan 2 liter air cucian beras, 150 ml molase, dan 2 tutup botol EM4 sebagai bioaktivator. Campuran kemudian ditambah air bersih hingga volumenya mencapai sekitar 6–7 liter, lalu diaduk hingga merata. Ember ditutup rapat dan difermentasikan selama kurang lebih dua minggu, dengan membuka tutup selama 5–10 detik setiap hari untuk mengeluarkan gas. Pestisida nabati dianggap siap pakai apabila campuran telah berbau tapai, berwarna coklat kekuningan, dan muncul bercak putih di permukaan.

 

Pestisida ini dapat digunakan dengan cara diencerkan terlebih dahulu, yakni 200 ml larutan pestisida dicampur dengan 1 liter air bersih, lalu disaring dan disemprotkan ke daun atau batang tanaman. Dengan cara ini, petani dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan sekaligus memanfaatkan limbah organik secara optimal. Mahasiswa berharap, melalui pelatihan ini, masyarakat dapat mulai memproduksi pestisida nabati sendiri sebagai langkah menuju pertanian yang sehat dan maju.

 

Dalam demonstrasi, peserta diajak terlibat langsung. Melalui kegiatan ini, mahasiswa berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pengelolaan limbah organik, serta terampil dalam mengembangkan produk pertanian inovatif berbasis sumber daya lokal. Upaya ini mendukung transisi menuju sistem pertanian berkelanjutan, sekaligus berkontribusi dalam mitigasi dampak lingkungan akibat limbah pertanian.

 

Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan terkait manfaat mulsa, efektivitas pestisida nabati, waktu aplikasi yang tepat, serta jenis hama yang dapat dikendalikan. Warga juga menyampaikan harapannya agar kegiatan serupa dapat terus digelar secara rutin, karena dinilai memberikan solusi nyata terhadap tantangan di bidang pertanian.

 

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian program kerja utama KKN Kelompok 331 UNS di Desa Kwadungan Gunung. Diharapkan, program ini dapat memberikan dampak jangka panjang, baik dalam pengelolaan limbah pertanian, peningkatan produktivitas lahan, hingga terbukanya peluang inovasi berbasis kearifan lokal.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat
...
EVENT: Pentas Seni Kesenian Daerah Kuda Lumping

Jenis: Festival Budaya
Waktu: 2025-07-25 20:00:00
Tempat: Dusun Kwadungan Gunung, Desa Kwadungan Gunung
Deskripsi Rundown: ...

Lihat